Dua Pasang Hati

Selasa, 23 Juni 2015 - 09:45 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Memerhatikan perempuan itu sepertinya dapat membuat Keenan tersenyum lebar menatap matanya, juga membuat pelataran hatinya merongrong sedih.

Keenan nggak pernah menyunggingkan senyum selebar itu saat ia bersamanya. Apa gue ini bener-bener nggak pantes buat Keenan? Tanpa disadarinya, air mata Lara mengalir setitik demi setitik di pipinya. Tiba-tiba saja, Lara merasakan seseorang menarik pergelangannya, lalu membalikkan tubuhnya tepat di hadapan orang itu. Lara menengadahkan kepalanya.

Ardio? Lara terkejut. Eh, si berengsek ini masih saja menampakkan senyum lebarnya, yang tentu saja menaikkan emosi Lara. PLAKK! Lara menghadiahkan sebuah tamparan kencang di pipi Ardio. Cowok itu terkejut sejadi-jadinya, namun dalam hati ia berseru senang.

”LO! Jangan pernah ketemu lagi sama sahabat gue!” Lara dengan sengaja berteriak-teriak. Semua orang menghentikan langkah mereka, dan memerhatikan keduanya, termasuk Keenan. Pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik badan berjalan ke arah mereka. Ia melepaskan tangan Ratna yang sedari tadi menyelinap dengan baik di sela-sela lengan atletisnya, membuat wanita itu mengangkat alisnya sebelah, dan sesudahnya bertanya-tanya siapa gerangan perempuan yang di ujung sana, berdiri dan menampar Dokter Ardio?

Keenan berdiri di samping mereka berdua dengan tatapan dingin dan tajam, seolah siap menerkam Ardio sejadi-jadinya. Tanpa banyak bicara, Keenan menarik lengan Lara kasar dan menyuruhnya berdiri dibalik tubuhnya kokoh. Selanjutnya, Keenan melayangkan pukulan tepat di wajah Ardio tanpa ampun.

Pemandangan itu melumpuhkan semua kaki-kaki para dokter dan perawat di Rumah Sakit Harapan Bangsa. Mereka terperangah melihat Keenan memukul sahabatnya sendiri sampai tersungkur jatuh di hadapannya. Lara membungkam mulutnya dengan tangan, tak percaya Keenan memiliki emosi yang mengerikan, apalagi sampe nonjok temennya sendiri.

Apa yang terjadi dengan mereka? Begitulah kira-kira pertanyaan yang berada di benak para dokter sekarang. Dan lagi pula, bukan rahasia umum jika Ardio sudah memiliki tunangan, dan sebentar lagi mereka akan menikah. Tak disangkanya, kedua dokter tampan ini bertengkar hanya karena satu wanita. Oh? Bukankah wanita itu adalah korban dari insiden di rumah sakit ini, delapan bulan yang lalu?

Tidak hanya semua perawat dan para dokter, tapi juga Ratna yang keheranan dengan perubahan drastis Keenan. Ardio tiba-tiba saja bangkit berdiri, menyentuh pipinya yang terasa ngilu dan mulai lebam. Namun alih-alih membalas tindakan sobatnya, cowok itu malah membiarkan Keenan terbakar emosinya.

Hanya sebuah senyum sinis yang terlukis di wajahnya, lalu perlahan meninggalkan Lara dan Keenan yang menatap nanar punggung Ardio. ”Mau sampe kapan lo pegang tangan gue terus?” sergah Lara ketus, membuat cowok itu tersadar dan segera melepaskan tangan Lara. Keenan memandang sudut mata Lara yang terlihat masih marah padanya. Dia baca BBM gue nggak ya? Suara hati Keenan bertanya.

Sayangnya, cewek itu segera memalingkan tubuhnya dari Keenan, kemudian beranjak meninggalkannya. Keenan menundukkan kepalanya, kehabisan akal dengan sikap Lara yang perlahan mulai berubah. It got worse than before , gumam Keenan dalam hati. Selanjutnya, Keenan merasakan pundaknya disentuh sebuah tangan.

Ratna, wanita itu sejak tadi berdiri di belakangnya, menyaksikan semua kejadian mengerikan antara Ardio, Keenan, dan Lara. ”Dokter, ayo kita minum kopi dulu,” ajak Ratna lembut, pandangan mata sendu, mencoba menembus masuk ke hati Keenan. Wanita itu mengamit lengan Keenan seperti tadi. Pria itu mulai merasa tak nyaman dengan kelakuan Ratna, ia melepaskan tangan Ratna dari lengannya.

Alis kanan perempuan itu bertaut, dan tatapan matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam. ”Sori, Ratna. Sepertinya kamu pulang dengan yang lain aja. Saya ada urusan,” ucap Keenan akhirnya, tanpa seulas senyum di wajahnya disertai tatapan datar khas cowok itu.

Lara kembali ke ruangannya dengan bersedih hati. Perasaan bersalah dan tak menentu sudah mulai merasuk dalam dirinya. Dia sungguh merasa jahat, apabila dia tak memberi tahu Echa soal Ardio yang mulai kurang ajar padanya. bersambung

Vania M. Bernadette
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0716 seconds (0.1#10.140)